Berkunjung ke perpustakaan bukanlah hal yang baru bagi banyak orang, termasuk gue. Di hari Sabtu kemarin, akhirnya gue berhasil mengunjungi cafe bernuansa perpustakaan di Kemang – Jakarta Selatan. Nama cafe itu adalah The Reading Room.

Awal mula kenapa gue pengen pergi ke sana karena gue udah hampir gak pernah baca buku lagi. Semakin ke sini gue semakin sibuk ngurus kerjaan di PIONICON. Apalagi dengan berpindah ke tempat baru karena nambah team, jelas kuantiti aktivitas makin bertambah.
https://www.instagram.com/p/Beu_rnLBP-N/
Begitu nyampe di cafe itu, gue langsung catet di otak gue kalo itu tempat bakal jadi tempat favorit gue untuk baca berbagai macem buku dan butuh ketenangan. Yup, ketenangan. Karena cafe itu bernuansa perpustakaan, walaupun terbilang agak ramai pengunjung saat weekend, suasana di sana tidaklah berisik seperti banyak cafe pada umumnya.
Cafe itu punya 2 lantai dan selama gue di sana dari siang sampai malam, gue tetep ada di lantai 1 karena di lantai 2 itu ternyata area dibolehin ngerokok. Gue yang gak ngerokok dan bukan anti-rokok juga ngerasa fine, tapi buat cewek artsy nan creative yang kebetulan hari itu mendadak pengen meet up termasuk golongan anti-rokok, pastinya dia gak mau duduk di lantai 2.
Setelah ngobrol-ngobrol berdua sambil gue selingin ngerjain kerjaan gue, akhirnya gue mulai hunting buku-buku yang ada di lantai 1 buat gue baca. Buku-buku yang ada di sana termasuk random urutannya, bahkan gak ada pengkategorian genre. Gue pun maklum sih, mungkin itu supaya jadi daya tarik atau emang banyak pengunjung yang udah ngasal balikin bukunya. Yah apapun itu bukan jadi problem sih, dan malah bikin gue lebih asik untuk hunting. Atau lo yang pernah ke sana, tau kenapa susunan buku-bukunya kayak gitu?
Nggak di perpustakaan, nggak di toko buku, kalo gue lagi gak ada buku yang emang lagi dicari, biasanya gue nyari sesuai intuisi aja. Begitu dapet, eh tuh buku ternyata asik juga bahasannya. Ada yang pernah ngalamin kayak gini juga?
Nah, akhirnya 1 buku yang gue pilih jatuh pada buku yang berjudul “Think Simple” karya Ken Segall.

Buku ini bercerita tentang bagaimana para Leaders mengubah suatu hal yang kompleks di perusahaan atau instansi tempat mereka bekerja menjadi simple atau sederhana. Ada quote dari salah satu leader yang menarik perhatian gue.
Dia termasuk orang yang menganggap kalo simplicity (kesederhanaan) bisa datang dari hal yang berbeda-beda, salah satunya adalah persiapan pribadi sebelum beraktivitas. Tetap sehat dan menjaga pikiran agar tidak kusut memiliki impact langsung terhadap urusannya, jadi dia mengatur jadwalnya dengan cukup ketat. Dia bangun tidur jam 5 setiap pagi dan memulai harinya dengan berolahraga. Satu hal yang tidak dia lakukan adalah mendengar atau membaca berita! Kurang lebih kayak gini quote-nya,
Thirty minutes of the news is thirty minutes of negative thoughts. I haven’t watched the news for five years. This is my simplicity – removing things that are negative. I put thirty minutes’ worth of positive podcasts into my brain rather than thirty minutes of negative world news. I prefer to spend my time thinking about positive things I can do for the company, like chasing clients, recruiting brilliant staff, coaching the team and holding the company to high standards.
Hmmm, encouraging yet interesting. Kalo dipikir-pikir, berita-berita yang ada di media mainstream kebanyakan memang bersifat negatif untuk pikiran kita. Tapi untungnya gue gak se-ekstrim itu sih dalam menanggapi berita. Hahhaaha.
At least, gue tetep ambil sisi positif dari pemikiran leader tersebut agar lebih memilih untuk mendengar atau membaca berita-berita baik nan positif ketimbang yang negatif. (Apalagi berita-berita gak penting dari para seleb -__-) Mengingat gue juga termasuk orang yang suka spreading more good news from my company a.k.a press release. LOL
Walaupun gue belum selesai baca buku itu sepenuhnya, seenggaknya itu cukup menginspirasi gue untuk berpegang pada simplicity dalam menjalankan bisnis. Soalnya kalo hal-hal rumit atau kompleks dalam aktivitas bisnis kita nggak segera disederhanakan, lama-lama efeknya makin besar saat bisnis makin berkembang. Kebayang kan lo gimana kompleksnya?
In the end, after visited The Reading Room, it makes me want to go there next time when I really have free time in the weekend. So I can spend more time to read the other books.